Saat ini, sepertinya soal HOTS menjadi topik primadona di dunia pendidikan. Soal HOTS pertama kali mulai dibicarakan ketika Kemendikbud mengeluarkan kebijakan untuk memasukkan soal HOTS di Ujian Nasional 2018. Kebijakan ini pun menuai banyak kritik karena diumumkan secara tiba-tiba dan para peserta ujian nasional merasa kesulitan mengerjakan UN 2018 silam. Adu pernyataan antara siswa dan Kemendikbud kala itu bahkan sempat menjadi isu nasional.
Setelah sempat reda, soal HOTS kembali ramai dibicarakan. Kali ini, kebijakan datang dari Kemenristekdikti yang menyatakan bahwa soal HOTS akan masuk di SBMPTN 2019. Kemendikbud pun tetap melanjutkan program mereka untuk memasukkan soal HOTS di UN 2019.
Apa itu Soal HOTS?
HOTS merupakan sebuah konsep pendidikan yang didasarkan pada Taksonomi Bloom. Taksonomi Bloom adalah kerangka yang membagi tujuan pendidikan menjadi beberapa kelompok. Berdasarkan Taksonomi Bloom, dalam mempelajari suatu topik, ada beberapa tingkatan kemampuan berpikir, mulai dari tingkat rendah (Lower-order thinking skills, disingkat LOTS) sampai tingkat tinggi (Higher-order thinking skills, disingkat HOTS). Dari namanya saja, pembelajaran HOTS tentunya memerlukan kemampuan berpikir lebih daripada soal LOTS.
Kemampuan berpikir lower-order dan higher-order itu apa? Agar lebih jelas, berikut ilustrasi Labio sedang belajar matematika, Ia bisa membuat soal seperti ini:
Soal di atas merupakan tipe soal LOTS (Lower-order Thinking Skill). Kenapa? Karena soal di atas hanya menguji 3 kemampuan berikut:
Soal di atas hanya menguji kemampuan MENGINGAT dan MEMAHAMI bagaimana menyelesaikan sistem persamaan linear dengan dua variabel. Kemudian apakah bisa MENERAPKAN penyelesaian tersebut untuk menemukan jawabannya. Ketiga kemampuan ini (MENGINGAT, MEMAHAMI, MENERAPKAN) adalah kemampuan tingkat rendah dalam sebuah pembelajaran (lower-order thinking skills).
Jika soal LOTS di atas diganti jadi soal HOTS? Labio bisa memodifikasi soalnya menjadi seperti ini:
Soal tentang Deposito ini merupakan soal HOTS. Kenapa? Karena soal di atas menguji beberapa kemampuan berikut:
Untuk bisa menjawab soal Deposito ini, perlu melakukan beberapa langkah berikut:
1. MENGANALISIS informasi apa saja yang ada di soal.
2. Berdasarkan analisis informasi tadi kemudian MENGEVALUASI maksud soal itu apa.
3. MENCIPTAKAN model matematika dari cerita deposito. Ternyata model matematikanya adalah sistem persamaan linear dengan dua variabel yang mirip dengan soal LOTS sebelumnya, cuma beda angka saja:
2. Berdasarkan analisis informasi tadi kemudian MENGEVALUASI maksud soal itu apa.
3. MENCIPTAKAN model matematika dari cerita deposito. Ternyata model matematikanya adalah sistem persamaan linear dengan dua variabel yang mirip dengan soal LOTS sebelumnya, cuma beda angka saja:
4. Setelah menciptakan model matematikanya, perlu MENGINGAT cara penyelesaiannya.
5. juga harus MEMAHAMI cara penyelesaiannya.
6. kemudian MENERAPKAN cara penyelesaian tersebut untuk menemukan jawaban dari model matematika tadi.
5. juga harus MEMAHAMI cara penyelesaiannya.
6. kemudian MENERAPKAN cara penyelesaian tersebut untuk menemukan jawaban dari model matematika tadi.
Dari ilustrasi diatas nampak perbedaan, dimana Soal HOTS memerlukan tingkatan kemampuan berpikir yang lebih daripada soal LOTS.
Selanjutnya, coba cek soal berikut ini, apakah soal ini termasuk soal HOTS?
kelihatannya memang rumit, tapi soal logaritma ini masih tergolong soal LOTS, belum termasuk soal HOTS! kenapa? Karena soal tersebut hanya menguji apakah kita bisa MENGINGAT dan MEMAHAMI definisi dasar dari logaritma saja, lalu MENERAPKAN rumus logaritma untuk mencari jawabannya. Ya memang penjabarannya panjang. Tapi tidak ada kemampuan analisis, evaluasi, atau bahkan mencipta yang dibutuhkan untuk menjawab soal ini.
Dari 2 contoh diatas, kita bisa menarik kesimpulan bahwa:
Soal HOTS tidak berhenti di menguji kemampuan MENGINGAT, MEMAHAMI, dan MENERAPKAN, tetapi juga menuntut siswa untuk MENGANALISIS, MENGEVALUASI, dan MENCIPTA model/kesimpulan dari informasi yang disediakan.
Terima kasih sudah membaca tulisan ini, mari terus mengasah kemampuan agar menjadi Pendidik yang profesional.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar